Menjadi Generasi Akhirat
MUNGKIN kita akan bertanya tanya apa maksud menjadi
generasi akhirat. Apakah generasi yang selalu berpikir akhirat saja dan
melupakan dunia. Ataukah generasi yang sama sekali tidak berpikir dunia dan
hanya berpikir akhirat saja.
Shahabat Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu-
pernah memberikan wasiat,“Masing-masing dari keduanya memiliki generasi
(penggemar), maka jadilah generasi akhirat, dan janganlah menjadi generasi
dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) adalah tempat berjuang (beramal)
belum ada perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari
perhitungan, tidak ada lagi amal.” (HR. Al-Bukhari).
Ada banyak orang menjadi pemburu dunia. Apa saja dia
akan lakukan untuk mendapatkan dunia. Segala hal akan dia usahakan semaksimal
mungkin untuk mendapatkan kebahagiaan dunia. Tetapi dia merasa tidak begitu
maksimal dalam mengusahakan akhiratnya. Akhirat diusahakan biasa biasa saja,
tanpa ada usaha yang nampak serius dalam menggapainya.
Sering kita berpikir untuk dunia dengan sangat rinci
dan rencana matang. Setelah ini saya akan kesini, setelah ini saya akan
melanjutkan ke sana dan lain lain. Namun tidak dengan akhirat kita. Kita merasa
tidak perlu membuat perencanaan apa apa. Sesiapa yang serius, pasti dia akan
membuat rencana. Dengan dia membuat rencana maka dia berarti serius melakukan
persiapan persiapan kepada apa yang dia tuju. Tetapi bila ia tidak pernah
melakukan perencanaan, maka pada hakikatnya dia tidak pernah merencanakan
sebuah kesuksesan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat
akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki
keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan
tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy-Syura: 20)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
kepada Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhu- :
Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhu- ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang pundakku seraya
bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia seperti orang asing, atau orang yang sedang
dalam perjalanan (untuk mampir sementara)’. Dan Ibnu Umar berkata, ‘Apabila
telah datang waktu soremu, maka jangan menunggu-nunggu datangnya waktu pagi.
Jika telah datang waktu soremu, maka jangan menunggu-nunggu datangnya waktu
sore. Gunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu
sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Bukhari)
Berikut beberapa karakter generasi akhirat, semoga
kita bisa meneladaninya.
1.
Peribadatan Secara Mutlak Hanya Untuk Allah.
Generasi akhirat adalah generasi yang mampu
menundukkan dirinya kepada Allah Ta’ala, dengan penuh ketundukan dan
kepasrahan.
Sifat mereka tersebut Allah jelaskan dalam banyak
ayat Al-Qur’an. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Rabb mereka. Dan orang-orang yang berkata: “Ya Rabb kami, jauhkan adzab
Jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.”
Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah
dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (yakni) akan dilipat
gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu,
dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal shalih; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang
yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat
kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang)
yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya. an orang-orang yang apabila diberi
peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya
sebagai orang- orang yang tuli dan buta. Dan orang orang yang berkata: “Ya Rabb
kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah)
karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan
selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya. Jannah itu sebaik-baik tempat
menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan: 63-76)
2.
Bersifat jujur
Sifat ini merupakan karakter para generasi akhirat.
Mereka berlaku jujur kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada dirinya sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Di antara
orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur, dan di antara
mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).”
(QS. Al-Ahzaab: 23)
Maka kejujuran merupakan syiar bagi mereka, dan
menepati janji sebagai selimut bagi mereka. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar senantiasa bersama
dengan golongan orang-orang yang jujur. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Dan Allah Ta’ala juga telah memuji mereka dalam
firman-Nya:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(QS. Al-Ahzaab: 35)
3.
Berani Dalam Membela Kebenaran
Inilah sifat di antara akhirat, dan termasuk sifat
seorang mukmin pemberani, berani dalam membela kebenaran serta berqudwah
(mengambil suritauladan) kepada orang terdahulu dari para Nabi dan Rasul.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.”
Dan tentunya, masih banyak sifat dan karakter
generasi akhirat lainnya. Yang pasti akhirat akan datang dan dunia akan
berlalu. Jadilah kita generasi pemburu akhirat bukan pemburu dunia. Wallahu
A’lamu bish Shawab.
Oleh Burhan Sodiq
0 comments:
Post a Comment